Kamis, 27 Desember 2012
Mutiara Bung Karno Presiden RI (1945 – 1966)
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallaha la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
—
Sabtu, 22 Desember 2012
perintah membacakan bacaan al qur'an untuk orang yang meninggal yang di bid'ah sesatkan ajaran sesat wahabiyah
wahaby memutuskan dengan sangat percaya diri
dengan menerapkan undang undang keagamaan
sesuai analisa wahaby
bahwasanya berziarah kubur untuk memanjatkan doa dan membaca al qur'an dan sesamanya adalah perbuatan bid'ah yang sangat sesat menyesatkan
القول المفيد على كتاب التوحي
dalam kitab sesat yang berjudul al qaulul mufidz ala kitabittauhid
محمد بن عبد الوهاب
karangan si sesat abdul wahab al washaby yang menerapkan undang-undang bagi penganut/pengidola kesesatan wahaby
ومنها ما هو بدعة، وهي زيارتهم للدعاء عندهم وقراءة القرآن ونحو ذلك
dan sebagian kandungan dari berziarah kubur itu adalah ber kategori bid'ah yang sangat sesat
adapun berziarah yang termasuk bid'ah sesat adalah ziarah pada orang orang yang telah meninggal dengan tujuan memanjatkan doa didekat mereka dan membaca al qur'an disamping pekuburan
doktrin doktrin ajaran wahaby yang memalsukan ajaran ulama' salaf dalam link link berikut ini
Tidak ada dalil -setahu kami- yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada si mayit dari kerabat atau selainnya
http://hijrahdarisyirikdanbidah.blogspot.com/2010/06/sampaikah-kiriman-hadiah-pahala-bacaan.html
Bahwa Al-Qur’an untuk orang yang hidup bukan untuk orang yang telah mati.
[2]. Membaca Al-Qur’an untuk orang yang telah mati dan menghadiahkan pahalanya kepada mayit bertentangan dengan Al-Qur’an sendiri dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama ijma’ para shahabat. Dengan demikian perbuatan tersebut tidak ragu lagi adalah BID’AH MUNKAR.
http://almanhaj.or.id/content/2273/slash/0/hukum-membaca-al-quran-untuk-mayit-bersama-imam-asy-syafiiy/
Masalah tidak sampainya kiriman bacaan Al-Quran
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berpendapat tidak sampainya kiriman pahala bacaan Al-Qur’an kepada orang telah mati. Sedangkan shufiyah justru paling getol melakukannya.
http://ibnulqoyyim.com/content/view/205/1/
wahaby memang gemar menyelisihi ajaran ulama' ulama' salaf
demi mendapatkan jama'ah pengikut-pengikut dari kalangan awam dengan membuat aturan aturan baru yang dijadikan agamanya
namun ironisnya hal ini malah dipedomani siswa siswi wahaby yang tidak sadar telah terjerumus dalam lembah kesesatan ekstrem yang memprihatinkan
untuk itu marilah kita lihat fatwa-fatwa ulama salafusshalih yang diselisihi ajaran wahaby
وقال جماعة من أصحابنا: يصله ثوابها. وبه قال أحمد بن حنبل. (صحيح مسلم بشرح النووي ج7ص90).
dikatakan oleh segolongan ulama' dari madzhab kita (syafi'iyyah) bahwasanya menghadiahkan pahala kepada mayyit itu pahalanya bisa sampai pada mayyit yang dituju
dan dengan pendapat inilah imam ahmad bin hambal berpedoman
referensi sahih muslim bi syarhinnawawy juz 7 halaman 90
وفي "المغني" لابن قدامة الحنبلي في الاحتجاج لوصول ثواب قراءة القرآن للميت قوله: "وهذه أحاديث صحاح، وفيها دلالة على انتفاع الميت بسائر القرب، لأن الصوم والحج والدعاء والاستغفار عبادات بدنية قد أوصل الله نفعها إلى الميت، فكذلك ما سواها مع ما ذكرنا من الحديث في ثواب من قرأ سورة (يس) وتخفيف الله -تعالى- عن أهل المقابر بقراءته، ولأنه إجماع المسلمين، فإنهم في كل عصر ومصر يجتمعون ويقرأون القرآن ويهدون ثوابه إلى موتاهم من غير نكير" (المغني ج2 568
dan dalam kitab almughny karya ibnu qudamah al hambali (ulama' besar madzhab hambaliyah) dituturkan sebuah hujjah tentang sampainya pahala bacaan qur'an yang dihadiahkan pada mayyit
adapun didalam hadist sahih itu telah diterangkan bahwasanya mayyit bisa mendapatkan segala macam bentuk hadiahnya pahala ibadah taqarrub karena sesungguhnya puasa dan hajji dan hadiah pahala mendoakan dan hadiah membacakan istighfar itu adalah sebuah amaliyah badaniyyah yangmana pahalanya memang oleh allah dikehendaki untuk sampai pada mayyit maka begitupula lah hadiah pahala ibadah ibadah lainnya seperti yang telah kami terangkan dari hadist (sahih) tentang sampainya penghadiahan pahala pembacaan surat yasin pada ahli kubur
sebab dari pembacaan surat yasin yang pahalanya dihadiahkan
dan karena hal semacam inilah ulama' muslimin menyatakan ijma'nya , dan sesungguhnya sebab hal inilah disetiap masa dan kota para manusia berkumpul dengan membaca al qur'an yang pahalanya dihadiahkan pada ahli kubur tanpa bisa diragukan kenyataan landasan ini
referensi al mughny juz 2 halaman 568
وقد صرح الحنفية بانتفاع الميت بإهداء ثواب قراءة القرآن له، فقد جاء في "الدر المختار ورد المحتار": "ويقرأ سورة (يس) لما ورد: من دخل المقابر فقرأ سورة (يس) خفف الله عنهم يومئذ، وكان له بعدد من فيها حسنات" (الدار المختار ورد المحتار ج2 ص243).
dan telah dijelaskan oleh ulama' madzhab hanafiyyah tentang mendapatnya ahli kubur akan sebuah kemanfaatan dari penghadiahan pahala pembacaan al qur'an padanyasebab berlandaskan hadist ''barangsiapa masuk pekuburan kemudian membaca surat yasin maka allah akan meringankan adzab ahlul kubur pada hari itudan bagi sang pembaca akan diberikan kebaikan (pahala ) sebanyak jumlahnya ahlul qubur ditempat itu
referensi addarul muhktar wirdul muhktar juz 2 halaman 243
تحفة المحتاج في شرح المنهاج
وأخذ ابن الرفعة بقضيته وهو أوجه في المعنى إذ لا صارف عن ظاهره وإذا صح السلام عليه فالقراءة عليه أولى .
وقد صرحوا بأنه يندب للزائر والمشيع قراءة شيء من القرآن
الجزء الثالث ص93
dan ibnu rif'ah telah mengemukakan sebuah pedoman yangmana pedoman inilah yang dinilai lebih awjuh (sahih) dalam segi maknanya karena tidak berbelok dari dzhahirnya qaul dalam kitab almughny
وإذا صح السلام عليه فالقراءة عليه أولى .
وقد صرحوا بأنه يندب للزائر والمشيع قراءة شيء من القرآن
ketika mengucapkan salam itu disahihkan pada mayyit (sebab pembacaan salam itu sampai pada ahli kubur) maka hukum menghadiahkan bacaan al qur'an pada mayyit itu juga lebih utama untuk disahihkan dan para ulama' telah mensorihkan (menjelaskan ) bahwa seasungguhnya disunnahkan pada peziarah dan pejalan kaki (yang melewati pekuburan) agar membacakan (untuk dihadiahkan pada alul qubur) sebuah ayat dari al qur'an
referensi tuhfarul muhtaj fi syarhil minhaj juz 3 halaman 93
Selasa, 11 Desember 2012
larangan wanita menyerupai lelaki dan sebaliknya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”.
حواشي الشرواني | جـ 3 صـ 26 دار الفكر
وقد ضبط ابنُ دقيق العيد ما يحرُم التشبه بهن فيه بأنه ما كان مخصوصا بهن في جنسه وهيئته أو غالبا في زيهن
dalam kitab hawashi assyarqawi juz 3 hal 26
diterangkan
dan ibnu daqiq telah memberikan dhabhit (batasan) kebiasaan
yang diharamkan itu adalah kebiasaan yang menyerupai kebiasaannya kaum perempuan yangmana kebiasannya tersebut memang terkhusus dalam kategori jenis dan perbuatan atau secara umum dalam perhiasaan kaum wanita
فتاوى الأزهر جـ 10 صـ 180
التشبه بين الجنسين: السؤال ما حكم الدين فى تشبه الرجال بالنساء وتشبه النساء بالرجال ؟
dalam kitab fatawa al azhar juz 10 halaman 180
diterangkan
bagaimanakah hukumnya menyerupai antara keadaan dua jenis
maksudnya itu persoalan
lelaki menyerupai wanita atau wanita menyerupai laki laki
itu bagaimanakah hukumnya
sesuai kaedah agama islam
maka jawabannya adalah
الجواب روى البخارى وغيره عن ابن عباس رضى الله عنهما قال : لعن رسول اللّه صلى الله عليه وسلم المتشبهين من الرجال بالنساء ، والمتشبهات من النساء بالرجال
Artinya : “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885)
وروى أبو داود والنسائى وابن ماجه وابن حبان فى صحيحه عن أبى هريرة رضى الله عنه قال : لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الرجل يلبس لبسة المرأة والمرأة تلبس لبسة الرجل
Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Daud No. 4098)
وروى أحمد والطبرانى أن عبد اللّه بن عمرو بن العاص رضى اللّه عنه رأى أم سعيد بنت أبى جهل متق
لدة سيفا وهى تمشى مشية الرجال فقال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول “ليس منا من تشبه بالرجال من النساء، ولا من تشبه من النساء بالرجال ”
dari amr bin ash ketika melihat ummu sa'id binti abu jahal yang berjalan dengan cara yang menyerupai laki laki maka berkatalah amr bin ash radhiallahu anhu
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : 'Bukan termasuk golonganku perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai perempuan'. " (Musnad Ahmad, Hadits No. 6580)
يؤخذ من هذه الأحاديث تحريم تشبه أحد من الجنسين بالجنس الآخر
dan dari peringatan keras dari hadist hadist tersebut menunjukkan bahwasanya di hukumi haram apabila ada penyerupaan diantara jenis lelaki dengan jenis wanita
ومحل الحرمة إذا تحقق أمران :أولهما : أن يكون التشبه مقصودا،
adapun dihukumi haram itu apabila memang perbuatan penyerupaan diatas terdapat dua perkara secara nyata
yaitu terdapat
satu ada kesengajaan / maksud untuk menyerupai
.والأمر الثانى :أن يكون التشبه فى شيء هو من خصائص الجنس الآخر،
yang kedua adalah
adanya penyerupaan itu memang dalam sesuatu yang memang sesuatu tersebut hanya dikhususkan pada satu jenis tertentu
أما مجرد التوافق بدون قصد وتعمد فلا حرج فيه
adapun perbuatan penyerupaan yang hanya dilandasi adanya unsur kesamaan saja yang tanpa adanya unsur kesengajaan sama sekali maka itu tidak dihukumi dosa
dengan misal kita memakai
jubah merah di indonesia yang kita tidak tahu bahwa
jubah merah dibuat baju kebesaran biksu tibet
maka perbuatan kita memakai jubah merah di indonesia itu tidak dihukumi dosa
atau dengan contoh kita memakai jubah merah tapi secara hakiki tidak diniati / tidak bermaksud menyamai bikshu tibet
maka hal itu juga tidak berdosa
.وهذا ما يعنيه لفظ “تشبه ” ففيه عمل وقصد،
adapun hal inilah yang dimaksud dari hadist menyerupai
yaitu adanya perbuatan penyerupaan dan adanya kesengajaan menyerupai
أما إذا انتفى القصد فيكون تشابها لا تشبُّها، ولا حرج فى التشابه فيما لم يقصد
apabila tidak adanya unsur kesengajaan maka itu namanya SERUPA dan tidak termasuk kategori MENYERUPAI
dan tidaklah berdosa atas keadaan yang serupa tanpa adanya kesengajaan
عون المعبود | جـ 11 صـ 105
dalam kitab aunul ma'bud juz 11 halaman 105
diterangkan
قال الطبري المعنى لا يجوز للرجال التشبه بالنساء في اللباس والزينة التي تختص بالنساء ولا العكس قال الحافظ وكذا في الكلام والمشي فأماهيئة اللباس فتختلف باختلاف عادة
telah diterangkan oleh imam attabari tentang makna hadist diatas
yaitu
tidak diperbolehkan seorang lelaki menyerupai wanita dalam segi pakaiannya dan cara berhiasnya yangmana hal tersebut memang terkhusus untuk kaum wanita
dan sebaliknya hal semacam itu juga berlaku bagi wanita dilarang menyerupai laki laki
dan telah berkata alkhafidz
begitupula diharamkan seorang laki laki menyerupai wanita dalam hal gaya berbicaranya dan berjalannya
adapun tentang mode pakaian itu tergantung
dari adat daerah masing masing
فأما في العلم والرأي فمحمود
adapun penyerupaan wanita pada lelaki dalam segi keilmuan dan cara pendapatnya (yang baik) itu dihukumi terpuji
Selasa, 04 Desember 2012
tidak bener kalau sampai ada anggapan anak pembawa sial atau anak membawa kutukan '' hal semacam itu adalah salah walaupun kaprah dan walaupun kaprah tetap saja salah
dalam kitab sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikhuna al quthub arrabbany abdul qadir aljilany:
anak-anak itu ibarat kertas yang masih putih
diterangkan pada bagian yang ketiga
sesungguhnya anak-anak kecil itu disucikan (dihukumi suci) dari kotoran-kotoran dosa dzahiriyyah begitupula anak-anak kecil itu disucikan (dihukumi suci) dari kegelapan kemusrikan dan ke alpaan serta kejelekan jasmaniyyah lainnya.
dan karena kejernihan anak-anak itu lebih luas
maka dari itulah seringkali mereka dapat melihat bentuk-bentuk yang diharapkan dalam mimpi-mimpi mereka seperti melihat para malaikat.
allah berfirman tentang perannya anak-anak didalam sorga
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ
Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda
dan firman allah
وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ
Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan
sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikuna al qutub arrabbany abdul qadir aljilany 3
dalam kitab sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikuna al qutub arrabbany abdul qadir aljilany:
BAB KE 9 YANG MENERANGKAN MELIHAT ALLAH TA'ALA
melihat itu ada dua macam
adapun yang pertama adalah melihat keindahan allah ta'ala di akherat kelak tanpa butuh sebuah alat perantara melihat.
adapun yang kedua adalah melihati keindahan sifat-sifat allah azza wajalla dengan menggunakan perantaraan penglihatan qalb (mata hati ).
dengan gambaran mata hati melihat keindahan (sifat sifat allah azza wajalla ).
maka dari itulah barangsiapa melihat sifat sifat (keindahan dan kesempurnaan ) allah di dunia ia kelak akan melihat dzatnya allah di akherat tanpa bisa dibayangkan penalaran.
begitupula hal yang telah dikatakan sahabat umar radhiallahu anhu ''aku telah melihat tuhanku dengan menggunakan hatiku berkat nur tuhanku.''
hal demikian juga pernah dijelaskan sayyidina aly karomallahu wajhah ''aku tidaklah menyembah sesembahan yang tidak aku lihat.
sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikuna al qutub arrabbany abdul qadir aljilany 2
dalam kitab sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikuna al qutub arrabbany abdul qadir aljilany:
menuturkan
kalangan sufi yang pasti hancur dan binasa adalah
sufistik auliya'illah
yaitu sebuah sufi yang mempunyai keyakinan:apabila hamba sudah mencapai maqamat kewalian maka seorang hamba tadi tidak perlu lagi menjalankan kewajiban syare'at.
dan mereka meyakini bahwasanya ilmunya para wali itu lebih utama dari ilmunya para nabi dikarenakan ilmunya para nabi itu dari allah melalui perantara malaikat jibril
sedangkan ilmunya para wali itu berasal dari allah secara langsung.
sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikuna al qutub arrabbany abdul qadir aljilany 1
dalam kitab sirrul asrar wa mudzhirul anwar karya syeikuna al qutub arrabbany abdul qadir aljilany:
ahli tasawwuf/ sufi itu ada 12
adapun yang pertama
itu adalah sufiyyin dari kalangan ahlusunnah wal jama'ah
adapun mereka ini adalah ummat yang perkataan dan perbuatannya sesuai dengan syare'at dan tareqat.
kelak di akherat sebagian dari mereka ada yang masuk sorga tanpa di hisab
dan sebagiannya dihisab dan di sedikitkan azab neraka kemudian di masukkan ke dalam sorga .
dan allah tidak mentaqdirkan kekekalan neraka atas mereka.
Senin, 03 Desember 2012
memahami keesaan allah azza wajalla
surat Thoha ayat 5 : الرحمن على العرش استوى
arti nya : Tuhan yang maha pengasih menguasai atas arsy (nya).
arti yang tepat adalah semacam itu dengan dasar atau tinjauan sebagi berikut:
1.secara Ilmu Nahwu
ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻣﺒﺘﺪﺃ ﻣﺮﻓﻮﻉ ﺑﺎﻹﺑﺘﺪﺍﺀ ﻭﻋﻼﻣﺔ ﺭﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺣﺮﻑ ﺟﺮ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻣﺠﺮﻭﺭ ﺏ"ﻋﻠﻰ"ﻭﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻓﻌﻞ ﻣﺎﺽ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﺘﺢ ﻻ ﻣﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ ﻭﻓﺎﻋﻠﻪ ﺿﻤﻴ
ﺮ ﻣﺴﺘﺘﺮ ﻓﻴﻪ ﺟﻮﺍﺯﺍ ﺗﻘﺪﻳﺮﻩ ﻫﻮ ﻳﻌﻮﺩ ﻋﻠﻰ"ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ" ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ﻭﻓﺎﻋﻠﻪ ﻓﻲ ﻣﺤﻞ ﺭﻓﻊ ﺧﺒﺮ ﻟﻤﺒﺘﺪﺇ
ﻣﻌﻨﻰ ﺍﺳﺘﻮﻯ
: menetap/bersemayam ﺍﺳﺘﻘﺮ
: menguasai ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ
dll
secara Ilmu Ma'aani
ﻓﻴﻪ ﺗﻘﺪﻳﻢ"ﻋﻠﻰ"ﻋﻠﻰ ﻣﺘﻌﻠﻘﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻳﻔﻴﺪ ﻋﻠﻰ ﺳﻠﺐ ﺍﻟﻌﻤﻮﻡ ﻭﻟﻠﺘﺨﺼﻴﺺ ﻓﻔﻴﻪ ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻌﻠﻴﺔ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺨﺒﺮ ﺃﻧﻪ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﻤﻠﺔ ﺍﻟﺨﺒﺮﻳﺔ ﻓﻌﻠﻴﺔ ﻓﻴﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺤﺪﺙ ﻷﻥ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻳﻔﻴﺪ ﻋﻠﻰ ﺯﻣﺎﻥ ﺇﻣﺎ ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ ﻭﺍﻟﺤﺎﻝ ﻭﺍﻟﻤﺎﺿﻰ ﻭﺫﻟﻚ ﻣﺤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﺃﻥ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻓﻔﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﺇﻳﺠﺎﺯ ﺍﻟﻘﺼﺮ ﻷﻥ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻭﺍﺳﻌﺔ ﻭﺑﺤﺜﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﺑﻴﻨﺖ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻹﻃﻨﺎﺏ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﺘﻜﺮﻳﺮ ﻹﺧﺒﺎﺭﻩ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻭﺍﺳﺘﻮﻯ ﺃﻱ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻹﻇﻬﺎﺭ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﻭﻹﻇﻬﺎﺭ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﻮﻗﻨﻮﻥ ﻭﺍﻟﺘﻜﺮﻳﺮ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻭﺟﺪ ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ ﻭﻳﻮﻧﺲ ﻭﺍﻟﺮﻋﺪ ﻭﻃﻪ ﻭﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ ﻭﺍﻟﺴﺠﺪﺓ ﻭﺍﻟﺤﺪﻳﺪ ﻭﺍﻻﺣﺘﺮﺍﺱ ﻓﻲ ﺩﻓﻊ ﺗﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺸﺎﺑﻪ ﺑﻤﺨﻠﻮﻗﻪ
dapun yang benar sesungguhnya istawa itu adalah arti dari dari sifat kemaha kuasaannya allah
atas segala sesuatu adapun allah yang maha rahman menghabarkan tentang kemaha kuasaannya atas arsy itu adalah bentuk ijaz qasr karena makna sesungguhnya sangat luas/ dalam
dan berulang ulang hal ini di bahaskan seperti dalam ilmu lughat
adapun melebarkan keterangan dalam masalah keterangan ayat ini
dengan tujuan untuk mengulangi khabar dari allah pada orang orang kafir bahwa sesungguhnya allah telah menciptakan langit dan bumi dan berkuasa atas arsy nya
untuk menunjukkan kemaha kuasaannya pada orang orang yang ingkar mudah mudahan dengan adanya habar ini orang kafir mau beriman
dan allah menghabarkan ayat ini bertujuan untuk menunjukkan sifat ke maha kuasaannya atas orang orang yang beriman yang mudah mudahan orang mukmin menjadi bertambah keyakinannya
وأخرج البيهقي بسند جيد عن عبد الله بن وهب قال كنا عند مالك فدخل رجل فقال يا أبا عبد الله " الرحمن على العرش استوى، كيف استوى؟ فأطرق مالك فأخذته الرحضاء ثم رفع رأسه فقال: الرحمن على العرش استوى وصف به نفسه ولا يقال كيف، وكيف عنه مرفوع، وما أراك إلا صاحب بدعة أخرجوه "
pernah kami berada didekat imam malik
yang kemudian datanglah seorang lelaki yang mana lelaki itu kemudian mengajukan pertanyaan
wahai aba abdillah (imam malik ) allah berfirman
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”
tolong anda terangkan allah kok bisa menetap arsy
: maka imam Malik pun memalingkan kepalanya hingga tubuhnya berkeringat. Kemudian beliau berkata :
allah berfirman
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
allah sendiri telah mensifati dzatnya dengan firmannya sendiri
maka janganlah ada yang bertanya
bagaimana bisa dan bagaimana bisa
“Istiwaa’ itu al istiwa' itu sudah diketahui,adapun bagaimana (bentuk dan keadaannya ) tidak dapat dinalar, beriman kepadanya adalah wajib, Tidaklah aku melihatmu melainkan seorang ahli bid'ah dhalalah’”. Maka beliau memerintahkan agar orang tersebut
dikeluarkan dari majelisnya
Ilmu 'Aqidah (Tauhid)
ﻓﻴﻪ ﻣﺠﺎﺯ ﻭﺍﺳﺘﻌﺎﺭﺓ ﻣﻜﻨﻴﺔ ﻭﻋﻼﻗﺘﻪ ﺍﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﺍﺳﺘﻘﺮ ﻳﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺸﺎﺑﻬﺎ ﻟﻤﺨﻠﻮﻗﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﻣﺤﺎﻝ ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻲﺀ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﻋﺘﺪﻝ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﻻ ﻳﺸﺎﺑﻪ ﺑﺎﻟﺨﻠﻖ ﻭﻻ ﻋﻜﺲ ﻷﻥ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻗﺼﺪ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﺃﻱ ﻋﻤﺪ ﺇﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻻﻋﺘﺪﺍﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﺃﻭ ﻇﻬﺮ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻘﺪﺭﺗﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﻛﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺟﻬﻪ ﺃﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻫﻮ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﻋﺮﺷﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﺃﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻟﻼﺳﺘﻌﻼﺀ ﻭﺍﻻﺳﺘﻌﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﻜﻨﻴﺔ ﻳﻔﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺳﺮﻳﺮ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻭﻣﻌﻨﻰ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﻭﻫﻮ ﻛﻨﺎﻳﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺃﻱ ﻗﺪﺭﺗﻪ
secara tauhid apabila makna ayat di atas (pada lafad istawa) dimaknai bersemayam maka akan menimbulkan kesalah fahaman bahwasanya allah menyamai makhluknya dari segi sama2 bersemayam (bertempat)
adapunhal tersebut adalah mustahil karena allah adalah dzat yang tidak menyamai (dan disamai) oleh sesuatu apapun (dari makhluk-makhluknya
secara Ushul Fiqh
ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻬﺎﺕ ﺗﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺆﻭﻝ ﻭﻟﻴﺲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻣﺤﻜﻤﺎﺕ ﻭﻛﻞ ﻧﺺ ﺃﻭﻫﻢ ﺍﻟﺘﺸﺒﻴﻪ*ﺃﻭﻟﻪ ﺃﻭ ﻓﻮﺽ ﻭﺭﻡ ﺗﻨﺰﻳﻬﺎ
secara Ilmu Hadist,
ini saling bantu membantu. Adapun ayat tentang istiwa ini tdk ada asbabun nuzulnya kecuali digabungkan dari awal ayat.
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻮﺣﻲ ﻳﻘﻮﻡ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻭﺭ ﻗﺪﻣﻴﻪ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﻰ ﻓﺄﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ"ﻃﻪ ﻣﺎ ﺃﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﺘﺸﻘﻰ" ﻭﺍﻟﺤﺎﺻﻞ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺒﺎﺣﺚ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺨﺒﺮ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻭﺍﻟﻌﺮﺵ ﻭﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺃﻱ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﻭﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﻮﻗﻨﻮﻥ
Ilmu Wahbi. Ini dberikan hanya kepada ulama-ulama ahli tafsir dan para imam mujtahid. Ulama ahli tafsir dan mujtahid yang mengatakan bahwa ALLAH TIDAK BERTEMPAT DI ARSY sangat banyak, mereka tidak mentakwil dan tidak menolak ayat, tetapi membiarkan ayat ini secara zhahir lafazhnya saja tanpa dtakwil, tanpa dimaknakan apapun, tidak ada makna bersemayam, tidak ada makna bertempat dan tidak juga mereka menolak istiwanya Allah atas arsy. Diantara ulama itu seperti yang dikatakan oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya:
1..Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ إِنِّيْ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِذْ دَخَلَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَقَالُوْا: جِئْنَاكَ لِنَتَفَقَّهَ فِي الدِّيْنِ وَلِنَسْأَلَكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا اْلأَمْرِ مَا كَانَ. قَالَ: كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ
رواه البخاري
“Imran bin Hushain RA berkata: “Aku berada bersama Nabi SAW, tiba-tiba datang sekelompok dari penduduk Yaman dan berkata: “Kami datang untuk belajar agama dan menanyakan tentang permulaan yang ada ini, bagaimana sesungguhnya?” Rasulullah AW menjawab: “Allah telah ada dan tidak ada sesuatu apapun selain Allah.” (HR. al-Bukhari [3191]).
2.. Al-Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dengan sanad yang hasan dalam al-Sunan berikut ini:
عَنْ أَبِيْ رَزِيْنٍ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ ؟ قَالَ كَانَ فِيْ عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ وَخَلَقَ عَرْشَهُ عَلىَ الْمَاءِ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ قَالَ يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ الْعَمَاءُ أَيْ لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ قَالَ التِّرْمِذِيُّ وَهَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ.
“Abi RazinRA berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum menciptakan makhluk-Nya?” Rasulullah AW menjawab: “Allah ada tanpa sesuatu apapun yang menyertainya. Di atasnya tidak ada sesuatu dan di bawahnya tidak ada sesuatu. Lalu Allah menciptakan Arasy di atas air.” Ahmad bin Mani’ berkata, bahwa Yazid bin Harun berkata, maksud hadits tersebut, Allah ada tanpa sesuatu apapun yang menyertai (termasuk tempat). Al-Tirmidzi berkata: “hadits ini bernilai hasan”. (Sunan al-Tirmidzi, [3109]).
3.. Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW berkata:
كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ اْلآَنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَانَ
“Allah WT ada sebelum adanya tempat. Dan keberadaan Allah sekarang, sama seperti sebelum adanya tempat (maksudnya Allah tidak bertempat).” (al-Farq bayna al-Firaq, 256).
ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ: ﻣﺎﻟﻚ،ﻭﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ،ﻭﺍﻟﺜﻮﺭﻱ،ﻭﺍﻟﻠﻴﺚ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ،ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ،ﻭﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ،ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﺑﻦ ﺭﺍﻫﻮﻳﻪ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ،ﻣﻦ ﺃﺋﻤﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻗﺪﻳﻤﺎ ﻭﺣﺪﻳﺜﺎ،ﻭﻫﻮ ﺇﻣﺮﺍﺭﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀﺕ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﻜﻴﻴﻒ ﻭﻻ ﺗﺸﺒﻴﻪ ﻭﻻ ﺗﻌﻄﻴﻞ
madzhabnya salafus shalih
dari imam malik , al awza'i sufyan staury allaist bin sa'ad ,assyafi'i,ahmad bin hambal ,ishaq bin rohiwaih dan lainnya
dari para imamnya ummat islam baik yang qadim maupun yang baru
mereka menyatakan bahwa ayat tersebut diyakini seperti adanya tanpa ada kata ''bagaimana'' dan tanpa adanya ''menyerupakan'' dan membiarkan
Dan juga para imam mufassir yang berpendapat bahwa istiwa bukan bertempat atau semayam, diantaranya:
* imam fakhruddin arrazi dalam tafsir alkabir
* imam zarkasyi dalam burhan
* imam khazin
* imam mahmud alusi
* imam qurtubi
* imam thobri
* imam ismail tafsir ruhul bayan
* imam jalalain
* imam sulaiman aljamal
* imam baidhowi
Dan pendapat yang paling benar yang senada dengan keterangan di atas adalah dawuhnya sayidina Ali:
ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭًﺍ ﻟﻘﺪﺭﺗﻪ ﻻ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻟﺬﺍﺗﻪ"
allah ta'ala itu menciptakan arsy dengan tujuan untuk menunjukkah sifat kemaha kuasaannya bukan untuk dijadikan tempat dzatnya.
bid'ah / pembaharuan
ورد في حديث عائشة
حدثنا أبو جعفر محمد بن الصباح وعبد الله بن عون الهلالي جميعا عن إبراهيم بن سعد قال ابن الصباح حدثنا إبراهيم بن سعد بن إبراهيم بن عبد الرحمن بن عوف حدثنا أبي عن القاسم بن محمد
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
aisyah meriwayatkan sebuah hadist rasulullah yaitu yang berbunyi
Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru didalam urusan kami ini (AGAMA ISLAM) yang tidak ada d
asarnya maka ia tertolak
رواه البخاري ومسلم.
hadist diatas diriwayatkan oleh imam albhukary dan imam muslim
وهذا الحديث مما ينبغي حفظه واستعماله في إبطال المنكرات
dan hadist ini sangat wajib untuk diamalkan untuk meredam bertebarannya kemunkaran kemunkaran
أي مردود. فيه دليل على أن العبادات من الغسل والوضوء والصوم والصلاة إذا فعلت على خلاف الشرع تكون مردودة على فاعلها
maksudnya tertolak didalam hadist tersebut adalah sesungguhnya setiap ibadah dari tata cara mandi besar dan wudlu dan puasa serta solat itu apabila dikerjakan tidak sesuai dengan tatanan kaedah syare'at maka sang pelaku pembaharu amalan tadi tertolak amalan-amalan barunya tersebut
_______________________________________________________
وحدثنا إسحق بن إبراهيم وعبد بن حميد جميعا عن أبي عامر قال عبد حدثنا عبد الملك بن عمرو حدثنا عبد الله بن جعفر الزهري عن سعد بن إبراهيم قال سألت القاسم بن محمد عن رجل له ثلاثة مساكن فأوصى بثلث كل مسكن منها قال يجمع ذلك كله في مسكن واحد ثم قال أخبرتني عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
aisyah meriwayatkan bahwasanya rasulullah bersabda
siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.
كل عمل لا يكون عليه أمر الله ورسوله ، فهو مردود على عامله ، وكل من أحدث في الدين ما لم يأذن به الله ورسوله ، فليس من الدين في شيء
jadi pengertian hadist adalah
barangsiapa melakukan amalan yang mana amalannya tidak diperintahkan oleh allah dan rasulnya
maka amalan tersebut tertolak (bathil) dan barangsiapa membuat pembaharuan amalan dalam syare'at agama
dan amalan tersebut tidak di izinkan oleh allah dan rasulnya
maka
amalan semacam itu tidaklah sah
atau tertolak
فهذا الحديث بمنطوقه يدل على أن كل عمل ليس عليه أمر الشارع
فهو مردود
dan hadist diatas secara manthuq nya memberikan petunjuk bahwasanya setiap amal baru yang tidak ada landasan syare'at
itu tertolak
ويدل بمفهومه على أن كل عمل عليه أمره فهو غير مردود
dan hadist tersebut secara mafhum itu memberikan petunjuk bahwasanya atas segala perbuatan yang baru
yangmana perbuatan baru tersebut masih terkategorikan perintah allah dan rasulnya maka perbuatan tersebut tidak tertolak
catatan
landasan syare'at itu mencakup
kitabullah
dan sunnah rasulnya
ijma
qiyas
فمن كان عمله جاريا تحت أحكام الشرع موافقا لها ، فهو مقبول ، ومن كان خارجا عن ذلك ، فهو مردود .
maka barangsiapa melakukan pembaharuan amal yangmana amalnya masih ada landasan perintah dari syare'at dan sesuai dengan kaedah syare'at maka amalan pembaharuan tersebut diterima
dan barangsiapa melakukan pembaharuan amaliyah namun keluar dari landasan syare'at maka amalan tersebut tertolak
_______________________________________________________
في حديث العرباض بن سارية وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة
dalam hadist yang diriwayatkan irbadl bin sariyyah
rasulullah bersabda''jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat
هذا أخرجه أحمد وأبو داود والترمذي وصححه ابن ماجه وابن حبان والحاكم
hadist ini di keluarkan oleh imam ahmad dan abu dawud dan attirmidzi
dan telah disahihkan ibnu majjah dan ibnu hibban dan alhakim
وجاء عن الشافعي أيضا ما أخرجه البيهقي في مناقبه قال " المحدثات ضربان ما أحدث يخالف كتابا أو سنة أو أثرا أو إجماعا فهذه بدعة الضلال ، وما أحدث من الخير لا يخالف شيئا من ذلك فهذه محدثة غير مذمومة " انتهى
dan telah dijelaskan oleh imam assyafi'i yang telah ditakhrij albaihaqi bahwasanya imam assyafi'i menerangkan '' urusan-urusan yang diada-adakan/ urusan yang baru ada itu ada dua kategori yaitu
pertama sebuah urusan / amaliyyah baru yang menyelisihi kitabullah atau sunah rasulillah atau astar atau ijma maka
hal semacam inilah dinamakan pembaharuan amaliyyah yang terkategorikan bid'ah sesat
adapun yang kedua adalah pembaharuan amaliyyah kebaikan yang tidak menyelisihi kitabullah,sunnah,ijma dan astar maka pembaharuan amal semacam ini tidak tercela dan tidak termasuk bid'ah sesat
قال الشافعي " البدعة بدعتان : محمودة ومذمومة ، فما وافق السنة فهو محمود وما خالفها فهو مذموم
maka dari inilah imam assyafi'i menuturkan
bahwasanya bid'ah itu ada dua
yaitu bid'ah (pembaharuan amal) yang
yang terpuji dan bid'ah (pembaharuan ) amal yang tercela
maka dari itu apabila ada pembaharuan yang sesuai dengan kaedah sunnah maka itu dinamakan pembaharuan (bid'ah) yang terpuji , namun apabila ada pembaharuan amaliyah (bid'ah) yang tidak sesuai sunnah maka pembaharuan amaliyah (bid'ah ) tersebut dikategorikan sebagai pembaharuan (bid'ah) yang dicela syare'at islam
referensi
fathul barri ala sahih muslim
http://www.youtube.com/watch?v=WDS0GExoDfA
Minggu, 02 Desember 2012
doa nabi ibrahim as
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Surah Ash Shaaffaat 100 - 101
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101)
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
تفسير القرطبي
محمد بن أحمد الأنصاري القرطبي
di terangkan dalam tafsir al qurtuby
الثانية : قوله تعالى : رب هب لي من الصالحين لما عرفه الله أنه مخلصه دعا الله
ليعضده بولد يأنس به في غربته .
poin yang ketiga dalam firman allah ta'ala
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
adalah ibrahim as yang berdoa dengan penuh ke ikhlasan meminta agar diberikan keturunan yang saleh
lagi taat yang dapat menolongnya dalam menyampaikan dakwah dan mendampinginya dalam perjalanan dan menjadi kawan dalam kesepian.
Kehadiran anak itu sebagai pengganti dari keluarga dan kaumnya yang ditinggalkannya.
dan akhirnya allah menjawab doa nabi ibrahim as dengan firmannya
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ (101
فبشرناه بغلام حليم أي إنه يكون حليما في كبره
Permohonan Nabi Ibrahim as ini diperkenankan Allah SWT. Kepadanya disampaikan berita gembira bahwa Allah SWT akan menganugerahkan kepadanya seorang anak laki-laki yang punya sifat sangat sabar.
Sifat kesabaran itu sedikit pada waktu balig. Karena pada masa kanak-kanak sedikit sekali didapati sifat-sifat seperti sabar, tabah, lapang dada. Anak remaja itu ialah Ismail as, anak laki-laki pertama dari Ibrahim as, ibunya bernama Hajar istri kedua dari Ibrahim as. Putra kedua ialah Ishak, lahir kemudian sesudah Ismail dari istri pertama "Sarah".
فكانت البشرى على ألسنة الملائكة كما تقدم في [ هود ] . ويأتي أيضا في [ الذاريات ] .
adapun berita gembira ini disampaikan malaikat jibril pada nabi ibrahim seperti yang telah diterangkan dalam surat HUD dan surat ADDZURIYYAT.
CATATAN : FIRMAN ALLAH DIATAS ADALAH MENERANGKAN KESUNGGUHAN NABI IBRAHIM MEMINTA DIBERI KETURUNAN SALEH DARI ALLAH SWT DAN AKHIRNYA DI KABULKAN DENGAN LAHIRNYA ISMAIL AS DAN NABI NABI BANY ISRAEL LAINNYA.
ayat di atas kalau kita cermati secara lafdzi dan maknawi nya
kita menjadi tahu bahwasanya ayat tersebut menunjukkan kesungguhan nabi ibrahim as berdoa agar di karuniai putra
karena pada saat itu beliau tak kunjung berputra
yang akhirnya di jawab oleh allah dengan lahirnya ismail as
____________________________________________
dan kita bisa terhindarkan cerita palsu agama syiah imamiyah
yang berani menafsirkan bahwa ayat tersebut adalah doa nabi ibrahim meminta di karuniai imam 12 suci.
memberikan contoh (tradisi/hal-hal ) yang baik
`من طريق العلاء بن عبد [ ص: 315 ] الرحمن عن أبيه عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا ، ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئا
dari jalur al ala' dari abdurrahman dari ayahnya dari abu hurairah berkata , bersabdalah rasulullah
Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan m
aka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka bahaginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”
أخرجه مسلم وأبو داود والترمذي
hadist di atas dikeluarkan oleh imam muslim
dan abu dawud dan attirmidzi
من رواية عبد الرحمن بن هلال عن جرير بن عبد الله البجلي في حديث طويل قال فيه " فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيئا ، ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيئا "
dari riwayatnya abdurrahman bin hilal bin jarir bin abdillah albajly didalam hadist yang panjang berkatalah ia kemudian bersabdalah rasulullah sallallahu alaihi wasallam
barang siapa "memberikan contoh" dalam islam dengan ''contoh perilaku yg baik'' maka ia mendapat pahala serta mendapat pahala orang-orang yg mengamalkan setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun“
” barang siapa ''memberikan contoh'' dalam islam dengan'' contoh perilaku yg buruk'', maka ia akan mendapat dosa serta mendapat dosa dari orang-orang yg melakukan setelahnya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikitpun ”
فأخرجه مسلم
hadist diatas dikeluarkan oleh imam muslim
firman allah ta'ala
surat An-Nahl ayat 25
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۙ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ
(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dari dosa-dosa orang yang mereka sesatkan
maksudnya adalah
حملهم ذنوب أنفسهم وذنوب من أطاعهم
mereka akan memikul dosa dosa mereka dan juga memikul dosa -dosa orang yang mengikutinya
adapun ketentuan dalam firman allah ini telah dijabarkan juga dengan sabdanya rasulullah yaitu
من طريق العلاء بن عبد [ ص: 315 ] الرحمن عن أبيه عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل أجور من تبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا ، ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئا
dari jalur al ala' dari abdurrahman dari ayahnya dari abu hurairah berkata , bersabdalah rasulullah
Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka bahaginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”
referensi diatas adalah kitab fathul barri ala sahih bhukari
dari hadist dan ayat diatas kalau kita cermat
nanti akan kita peroleh kefahaman
bahwasanya maulidurrasul
solat tarawih secara berjama'ah
tahlilan 7 harian itu hukumnya adalah "memberikan contoh(perbuatan/perkataan/ketetapan)" dalam islam dengan ''contoh (perbuatan/perkataan/ketetapan) yang tergolong perilaku yg baik''
penciptaan adam as
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ قَالَ هَذَا مَا حَدَّثَنَا بِهِ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنْهَا وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ وَهُمْ نَفَرٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُجِيبُونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ قَالَ فَذَهَبَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى الْآنَ
Allah 'azza wajalla menciptakan Adam itu atas asal kejadian bentuknya adam, yang mana bentuk nya adam as adalah panjangnya enampuluh dzira'. Setelah menciptakannya, Allah berfirman: 'Pergilah lalu ucapkan salam pada mereka itu, mereka adl kelompok malaikat yg tengah duduk lalu dengarkan jawaban mereka, itulah salammu & salam keturunanmu. Beliau bersabda:
Adam pergi lalu mengucapkan: 'ASSLAAMU'ALAIKUM?
' Mereka menjawab: 'ASSALAAMU 'ALAIKA WA RAHMATULLAAH'. Beliau bersabda:
Mereka menambahi: 'WA RAHMATULLAAH'. Beliau bersabda:
Setiap orang yg masuk surga wujudnya seperti Adam, panjangnya enampuluh dzira' & setelahnya (Adam) postur tubuh (manusia) terus berkurang hingga sekarang.
hadist diatas menerangkan tentang asal mula penciptaan adam as secara detail
رواه الإمام أحمد والبخاري ومسلم.
وهو حديث صحيح،
hadist diatas itu diriwayatkan imam ahmad dan imam bhukary dan imam muslim
adapun status hadist di atas adalah sahih
أن الله لم يخلق آدم صغيرا قصيرا كالأطفال من ذريته ثم نما وطال حتى بلغ ستين ذراعا، بل جعله يوم خلقه طويلا على صورة نفسه النهائية طوله ستون ذراعا.
dan dari keterangan diatas kita menjadi tahu bahwasanya
allah itu tidaklah menciptakan adam dari ukuran kecil atau pendek seperti anak kecil kemudian memanjang sampai 60 dzira' seperti diciptakannya keturunannya (yang melewati fase bayi-balita-anak2-remaja-dewasa)
malah allah menciptakan adam as pada hari diciptakannya itu
langsung dalam keadaan adam as mempunyai bentuk
puncak yaitu 60 dzira.
عَلَى صُورَتِهِ
sesuai bentuknya
nah bentuk siapakah itu ???
وقال ابن حبان في موضع آخر (14/33): فمعنى الخبر عندنا بقوله صلى الله عليه وسلم: "خلق الله آدم على صورته" إبانة فضل آدم على سائر الخلق، والهاء راجعة إلى آدم، والفائدة من رجوع الهاء إلى آدم دون إضافتها إلى البارىء جل وعلا جل ربنا وتعالى عن أن يشبه بشيء من المخلوقين.
ibnu hibban menjelaskan diredaksi yang berbeda
adapun makna hadist yang benar sesuai penjelasan yang kami peroleh dari sabda rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah
خلق الله آدم على صورته
hadist itu adalah hadist yang menunjukkan keistimewaan adam as
atas makhluk lainnya
adapun lafadz
الهاء
dari lafadz
على صورته
itu bermakna / kembali pada makna adam
bukan dimaknai /dirujukkan pada lafad allah yang maha menciptakan
yang maha agung dan maha tinggi yang menjadi tuhan kita yang agung adapun ketentuan cara pemaknaan ini itu adalah untuk mencegah adanya (oknum-oknum) yang mau menyerupakan allah dengan makhluknya.
Langganan:
Postingan (Atom)