Senin, 03 Desember 2012

memahami keesaan allah azza wajalla

surat Thoha ayat 5 : الرحمن على العرش استوى arti nya : Tuhan yang maha pengasih menguasai atas arsy (nya). arti yang tepat adalah semacam itu dengan dasar atau tinjauan sebagi berikut: 1.secara Ilmu Nahwu ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻣﺒﺘﺪﺃ ﻣﺮﻓﻮﻉ ﺑﺎﻹﺑﺘﺪﺍﺀ ﻭﻋﻼﻣﺔ ﺭﻓﻌﻪ ﺿﻤﺔ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺣﺮﻑ ﺟﺮ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻣﺠﺮﻭﺭ ﺏ"ﻋﻠﻰ"ﻭﻋﻼﻣﺔ ﺟﺮﻩ ﻛﺴﺮﺓ ﻇﺎﻫﺮﺓ ﻓﻲ ﺁﺧﺮﻩ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻓﻌﻞ ﻣﺎﺽ ﻣﺒﻨﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﺘﺢ ﻻ ﻣﺤﻞ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ ﻭﻓﺎﻋﻠﻪ ﺿﻤﻴ ﺮ ﻣﺴﺘﺘﺮ ﻓﻴﻪ ﺟﻮﺍﺯﺍ ﺗﻘﺪﻳﺮﻩ ﻫﻮ ﻳﻌﻮﺩ ﻋﻠﻰ"ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ" ﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ﻭﻓﺎﻋﻠﻪ ﻓﻲ ﻣﺤﻞ ﺭﻓﻊ ﺧﺒﺮ ﻟﻤﺒﺘﺪﺇ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﺳﺘﻮﻯ : menetap/bersemayam ﺍﺳﺘﻘﺮ : menguasai ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ dll secara Ilmu Ma'aani ﻓﻴﻪ ﺗﻘﺪﻳﻢ"ﻋﻠﻰ"ﻋﻠﻰ ﻣﺘﻌﻠﻘﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻳﻔﻴﺪ ﻋﻠﻰ ﺳﻠﺐ ﺍﻟﻌﻤﻮﻡ ﻭﻟﻠﺘﺨﺼﻴﺺ ﻓﻔﻴﻪ ﺟﻤﻠﺔ ﻓﻌﻠﻴﺔ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺨﺒﺮ ﺃﻧﻪ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﻤﻠﺔ ﺍﻟﺨﺒﺮﻳﺔ ﻓﻌﻠﻴﺔ ﻓﻴﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺤﺪﺙ ﻷﻥ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻳﻔﻴﺪ ﻋﻠﻰ ﺯﻣﺎﻥ ﺇﻣﺎ ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ ﻭﺍﻟﺤﺎﻝ ﻭﺍﻟﻤﺎﺿﻰ ﻭﺫﻟﻚ ﻣﺤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﺃﻥ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﻣﻦ ﺻﻔﺎﺕ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻓﻔﻲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﺇﻳﺠﺎﺯ ﺍﻟﻘﺼﺮ ﻷﻥ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻭﺍﺳﻌﺔ ﻭﺑﺤﺜﻬﺎ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﻛﻤﺎ ﺑﻴﻨﺖ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻹﻃﻨﺎﺏ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﺘﻜﺮﻳﺮ ﻹﺧﺒﺎﺭﻩ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻭﺍﺳﺘﻮﻯ ﺃﻱ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻹﻇﻬﺎﺭ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﻭﻹﻇﻬﺎﺭ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﻮﻗﻨﻮﻥ ﻭﺍﻟﺘﻜﺮﻳﺮ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻭﺟﺪ ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ ﻭﻳﻮﻧﺲ ﻭﺍﻟﺮﻋﺪ ﻭﻃﻪ ﻭﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ ﻭﺍﻟﺴﺠﺪﺓ ﻭﺍﻟﺤﺪﻳﺪ ﻭﺍﻻﺣﺘﺮﺍﺱ ﻓﻲ ﺩﻓﻊ ﺗﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺸﺎﺑﻪ ﺑﻤﺨﻠﻮﻗﻪ dapun yang benar sesungguhnya istawa itu adalah arti dari dari sifat kemaha kuasaannya allah atas segala sesuatu adapun allah yang maha rahman menghabarkan tentang kemaha kuasaannya atas arsy itu adalah bentuk ijaz qasr karena makna sesungguhnya sangat luas/ dalam dan berulang ulang hal ini di bahaskan seperti dalam ilmu lughat adapun melebarkan keterangan dalam masalah keterangan ayat ini dengan tujuan untuk mengulangi khabar dari allah pada orang orang kafir bahwa sesungguhnya allah telah menciptakan langit dan bumi dan berkuasa atas arsy nya untuk menunjukkan kemaha kuasaannya pada orang orang yang ingkar mudah mudahan dengan adanya habar ini orang kafir mau beriman dan allah menghabarkan ayat ini bertujuan untuk menunjukkan sifat ke maha kuasaannya atas orang orang yang beriman yang mudah mudahan orang mukmin menjadi bertambah keyakinannya وأخرج البيهقي بسند جيد عن عبد الله بن وهب قال كنا عند مالك فدخل رجل فقال يا أبا عبد الله " الرحمن على العرش استوى، كيف استوى؟ فأطرق مالك فأخذته الرحضاء ثم رفع رأسه فقال: الرحمن على العرش استوى وصف به نفسه ولا يقال كيف، وكيف عنه مرفوع، وما أراك إلا صاحب بدعة أخرجوه " pernah kami berada didekat imam malik yang kemudian datanglah seorang lelaki yang mana lelaki itu kemudian mengajukan pertanyaan wahai aba abdillah (imam malik ) allah berfirman الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى “Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy” tolong anda terangkan allah kok bisa menetap arsy : maka imam Malik pun memalingkan kepalanya hingga tubuhnya berkeringat. Kemudian beliau berkata : allah berfirman الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى allah sendiri telah mensifati dzatnya dengan firmannya sendiri maka janganlah ada yang bertanya bagaimana bisa dan bagaimana bisa “Istiwaa’ itu al istiwa' itu sudah diketahui,adapun bagaimana (bentuk dan keadaannya ) tidak dapat dinalar, beriman kepadanya adalah wajib, Tidaklah aku melihatmu melainkan seorang ahli bid'ah dhalalah’”. Maka beliau memerintahkan agar orang tersebut dikeluarkan dari majelisnya Ilmu 'Aqidah (Tauhid) ﻓﻴﻪ ﻣﺠﺎﺯ ﻭﺍﺳﺘﻌﺎﺭﺓ ﻣﻜﻨﻴﺔ ﻭﻋﻼﻗﺘﻪ ﺍﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﺍﺳﺘﻘﺮ ﻳﻮﻫﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﺸﺎﺑﻬﺎ ﻟﻤﺨﻠﻮﻗﻪ ﻭﺫﻟﻚ ﻣﺤﺎﻝ ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻪ ﺷﻲﺀ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﻋﺘﺪﻝ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﻻ ﻳﺸﺎﺑﻪ ﺑﺎﻟﺨﻠﻖ ﻭﻻ ﻋﻜﺲ ﻷﻥ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ ﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻗﺼﺪ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﺃﻱ ﻋﻤﺪ ﺇﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻻﻋﺘﺪﺍﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﺃﻭ ﻇﻬﺮ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻘﺪﺭﺗﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﻛﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺟﻬﻪ ﺃﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻫﻮ ﻣﺨﻠﻮﻕ ﻓﻮﻕ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﻭﻛﺎﻥ ﻋﺮﺷﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﺃﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻟﻼﺳﺘﻌﻼﺀ ﻭﺍﻻﺳﺘﻌﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﻜﻨﻴﺔ ﻳﻔﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺳﺮﻳﺮ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻭﻣﻌﻨﻰ ﺍﻻﺳﺘﻮﺍﺀ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﻭﻫﻮ ﻛﻨﺎﻳﺔ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺃﻱ ﻗﺪﺭﺗﻪ secara tauhid apabila makna ayat di atas (pada lafad istawa) dimaknai bersemayam maka akan menimbulkan kesalah fahaman bahwasanya allah menyamai makhluknya dari segi sama2 bersemayam (bertempat) adapunhal tersebut adalah mustahil karena allah adalah dzat yang tidak menyamai (dan disamai) oleh sesuatu apapun (dari makhluk-makhluknya secara Ushul Fiqh ﺃﻥ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻬﺎﺕ ﺗﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺆﻭﻝ ﻭﻟﻴﺲ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻣﺤﻜﻤﺎﺕ ﻭﻛﻞ ﻧﺺ ﺃﻭﻫﻢ ﺍﻟﺘﺸﺒﻴﻪ*ﺃﻭﻟﻪ ﺃﻭ ﻓﻮﺽ ﻭﺭﻡ ﺗﻨﺰﻳﻬﺎ secara Ilmu Hadist, ini saling bantu membantu. Adapun ayat tentang istiwa ini tdk ada asbabun nuzulnya kecuali digabungkan dari awal ayat. ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺃﻭﻝ ﻣﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻮﺣﻲ ﻳﻘﻮﻡ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻭﺭ ﻗﺪﻣﻴﻪ ﺇﺫﺍ ﺻﻠﻰ ﻓﺄﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ"ﻃﻪ ﻣﺎ ﺃﻧﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﺘﺸﻘﻰ" ﻭﺍﻟﺤﺎﺻﻞ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺒﺎﺣﺚ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﺨﺒﺮ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻭﺍﻟﻌﺮﺵ ﻭﺍﺳﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺃﻱ ﺍﺳﺘﻮﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻠﻜﺎﻓﺮﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﻭﺇﻇﻬﺎﺭﺍ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻟﻌﻠﻬﻢ ﻳﻮﻗﻨﻮﻥ Ilmu Wahbi. Ini dberikan hanya kepada ulama-ulama ahli tafsir dan para imam mujtahid. Ulama ahli tafsir dan mujtahid yang mengatakan bahwa ALLAH TIDAK BERTEMPAT DI ARSY sangat banyak, mereka tidak mentakwil dan tidak menolak ayat, tetapi membiarkan ayat ini secara zhahir lafazhnya saja tanpa dtakwil, tanpa dimaknakan apapun, tidak ada makna bersemayam, tidak ada makna bertempat dan tidak juga mereka menolak istiwanya Allah atas arsy. Diantara ulama itu seperti yang dikatakan oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya: 1..Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya: عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ إِنِّيْ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِذْ دَخَلَ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ الْيَمَنِ فَقَالُوْا: جِئْنَاكَ لِنَتَفَقَّهَ فِي الدِّيْنِ وَلِنَسْأَلَكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا اْلأَمْرِ مَا كَانَ. قَالَ: كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ رواه البخاري “Imran bin Hushain RA berkata: “Aku berada bersama Nabi SAW, tiba-tiba datang sekelompok dari penduduk Yaman dan berkata: “Kami datang untuk belajar agama dan menanyakan tentang permulaan yang ada ini, bagaimana sesungguhnya?” Rasulullah AW menjawab: “Allah telah ada dan tidak ada sesuatu apapun selain Allah.” (HR. al-Bukhari [3191]). 2.. Al-Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dengan sanad yang hasan dalam al-Sunan berikut ini: عَنْ أَبِيْ رَزِيْنٍ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ ؟ قَالَ كَانَ فِيْ عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ وَخَلَقَ عَرْشَهُ عَلىَ الْمَاءِ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ قَالَ يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ الْعَمَاءُ أَيْ لَيْسَ مَعَهُ شَيْءٌ قَالَ التِّرْمِذِيُّ وَهَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ. “Abi RazinRA berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum menciptakan makhluk-Nya?” Rasulullah AW menjawab: “Allah ada tanpa sesuatu apapun yang menyertainya. Di atasnya tidak ada sesuatu dan di bawahnya tidak ada sesuatu. Lalu Allah menciptakan Arasy di atas air.” Ahmad bin Mani’ berkata, bahwa Yazid bin Harun berkata, maksud hadits tersebut, Allah ada tanpa sesuatu apapun yang menyertai (termasuk tempat). Al-Tirmidzi berkata: “hadits ini bernilai hasan”. (Sunan al-Tirmidzi, [3109]). 3.. Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW berkata: كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَانَ وَهُوَ اْلآَنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَانَ “Allah WT ada sebelum adanya tempat. Dan keberadaan Allah sekarang, sama seperti sebelum adanya tempat (maksudnya Allah tidak bertempat).” (al-Farq bayna al-Firaq, 256). ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ: ﻣﺎﻟﻚ،ﻭﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ،ﻭﺍﻟﺜﻮﺭﻱ،ﻭﺍﻟﻠﻴﺚ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ،ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ،ﻭﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ،ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﺑﻦ ﺭﺍﻫﻮﻳﻪ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ،ﻣﻦ ﺃﺋﻤﺔ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻗﺪﻳﻤﺎ ﻭﺣﺪﻳﺜﺎ،ﻭﻫﻮ ﺇﻣﺮﺍﺭﻫﺎ ﻛﻤﺎ ﺟﺎﺀﺕ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﻜﻴﻴﻒ ﻭﻻ ﺗﺸﺒﻴﻪ ﻭﻻ ﺗﻌﻄﻴﻞ madzhabnya salafus shalih dari imam malik , al awza'i sufyan staury allaist bin sa'ad ,assyafi'i,ahmad bin hambal ,ishaq bin rohiwaih dan lainnya dari para imamnya ummat islam baik yang qadim maupun yang baru mereka menyatakan bahwa ayat tersebut diyakini seperti adanya tanpa ada kata ''bagaimana'' dan tanpa adanya ''menyerupakan'' dan membiarkan Dan juga para imam mufassir yang berpendapat bahwa istiwa bukan bertempat atau semayam, diantaranya: * imam fakhruddin arrazi dalam tafsir alkabir * imam zarkasyi dalam burhan * imam khazin * imam mahmud alusi * imam qurtubi * imam thobri * imam ismail tafsir ruhul bayan * imam jalalain * imam sulaiman aljamal * imam baidhowi Dan pendapat yang paling benar yang senada dengan keterangan di atas adalah dawuhnya sayidina Ali: ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺇﻇﻬﺎﺭًﺍ ﻟﻘﺪﺭﺗﻪ ﻻ ﻣﻜﺎﻧﺎ ﻟﺬﺍﺗﻪ" allah ta'ala itu menciptakan arsy dengan tujuan untuk menunjukkah sifat kemaha kuasaannya bukan untuk dijadikan tempat dzatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar